Gaya Hidup Konsumtif, Apakah Termasuk dalam Perilaku Konformitas?

Dalam kehidupan saat ini, kita disibukkan untuk memenuhi suatu kebutuhan khusus yang perlu terpenuhi dengan berlandaskan sebuah “keinginan” dibandingkan dengan kebutuhan. Ada banyak faktor yang menyebabkan sebuah “keinginan” tersebut perlu dipenuhi, contohnya tidak mau ketinggalan tren, ingin menjadi seseorang yang selalu up to date, ingin terlihat fashionable dan keren, dan banyak alasan lainnya. Hal ini dapat membuat suatu gaya hidup konsumtif.

Anggasari dalam Hotpascaman (2010:12) mendefinisikan suatu perilaku konsumtif adalah tindakan membeli barang-barang yang kurang atau tidak diperhitungkan, sehingga sifatnya menjadi berlebihan. Lalu menurut Lubis (dalam Sumartono, 2002) yang mendefinisikan perilaku konsumtif sebagai suatu perilaku yang tidak lagi berdasarkan pada pertimbangan yang rasional, melainkan karena adanya keinginan yang sudah mencapai taraf yang sudah tidak rasional lagi. Perilaku konsumtif itu melekat pada seseorang bila orang tersebut membeli sesuatu diluar kebutuhan rasionalnya dan pembelian tidak lagi didasarkan pada faktor kebutuhan (need) tetapi sudah pada faktor keinginan (want).

Sejalan dengan penjelasan oleh Sembiring (2008), bahwa orang-orang yang berperilaku konsumtif dapat dikatakan bahwa mereka tidak lagi mempertimbangkan sebuah fungsi dan kegunaan dalam membeli suatu barang, melainkan mempertimbangkan sebuah prestise yang ada pada barang tersebut. Tambunan (2001) menambahkan bahwa perilaku konsumtif merupakan keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan, hanya saja secara berlebihan untuk mencapai sebuah kepuasan maksimal.

Dengan adanya hal itu, perilaku konformitas bisa mendukung akan terjadinya perilaku konsumtif. Individu tersebut melihat dan mencontoh suatu kelompok referensi untuk memenuhi sebuah kebutuhan tentang penerimaan dan pengakuan. Mowen & Minor (2002) mendefinisikan sebuah kelompok referensi sebagai kelompok yang dianggap sebagai kerangka rujukan bagi seorang individu dalam pengambilan keputusannya untuk melakukan pembelian atau konsumsi mereka.

Apa itu perilaku konformitas?

Baron dan Byrne (2004) mendefinisikan perilaku konformitas adalah sebuah penyesuaian perilaku remaja untuk menganut norma kelompok sebagai acuan, menerima aturan-aturan kelompok yang mengatur cara remaja berperilaku sebagai konformitas. Seseorang dapat melakukan konformitas hanya karena didasarkan pada harapan kelompok atau masyarakat.

Perilaku konformitas juga berhubungan dengan teman sebaya yang bisa dijadikan sebuah kelompok referensi bagi seorang individu. Chen-Yu dan Seock (dalam Derussy, 2008) menjelaskan bahwa keinginan yang kuat untuk melepaskan diri dari keterikatan dengan orang tua, membuat remaja mencari dukungan sosial melalui teman sebaya. Kelompok teman sebaya menjadi suatu sarana sekaligus tujuan dalam pencarian jati dirinya. Berk (dalam Sitohang, 2009) menjelaskan bahwa konformitas terhadap kelompok teman sebaya ternyata merupakan suatu hal yang paling banyak terjadi pada fase remaja.

Konformitas teman sebaya adalah perilaku dimana seseorang melakukan penyesuaian meliputi nilai, sudut pandang, dan perilaku lain agar tidak bertentangan dan mendapatkan sebuah penerimaan serta pengakuan sebagai anggota kelompok dari teman-teman kelompoknya. Bagi para remaja, hubungan teman sebaya ini menjadi sarana belajar untuk mengamati dan meneliti minat serta pandangan teman sebayanya dengan tujuan untuk memudahkan proses penyatuan dirinya ke dalam aktivitas teman sebaya.

Teman sebaya memiliki pengaruh yang besar terhadap perubahan perilaku individu. Teman sebaya juga dapat memberikan penguatan secara positif maupun negatif. Dalam Ma’rufah, dkk (2015:110) menjelaskan bahwa ada banyak konformitas teman sebaya yang berperan positif. Misalnya teman sebaya yang sebagian besar anggotanya patuh terhadap tata tertib sekolah, maka akan meningkatkan kepatuhan pada setiap anggota kelompok tersebut.

Sesuai dengan pendapat Kurniawan (2017:151) bahwa banyak juga pengaruh teman sebaya yang bersifat negatif. Terlebih anak jaman sekarang cenderung untuk membenarkan anggapan dari kelompoknya tanpa menghiraukan benar atau tidaknya. Seperti yang ditambahkan oleh Agustiana (2015:23) bahwa kelompok teman sebaya, khususnya yang anggotanya adalah seorang pelajar, akan sering menentang norma dan nilai yang berlaku, baik di sekolah maupun di masyarakat, karena semua perbuatan yang akan dilakukan harus sesuai dengan persetujuan kelompoknya dan kelompok teman sebaya memiliki keterikatan dengan para anggotanya.

Alasan yang membuat seorang individu melakukan sebuah konformitas

1. Keinginan untuk disukai

Sebagai proses dari sebuah internalisasi dan proses belajar ketika kecil, banyak individu melakukan konformitas untuk mendapat sebuah persetujuan dan pengakuan dari orang lain. Persetujuan tersebut berupa sebuah pujian, di mana siapapun akan senang sekali mendapat sebuah pujian dan hal itu dapat membantunya dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

2. Rasa takut akan penolakan

Konformitas sering dilakukan agar individu mendapatkan penerimaan dari kelompok atau lingkungan tertentu. Jika individu tersebut memiliki sebuah pandangan atau perilaku yang berbeda, maka individu tersebut tidak akan dianggap sebagai bagian dari kelompok atau lingkungan tersebut.

3. Keinginan untuk merasa benar

Banyak keadaan yang menyebabkan individu berada dalam posisi yang dilematis karena tidak mampu mengambil sebuah keputusan. Jika ada orang lain dalam kelompoknya tersebut mampu mengambil keputusan yang dirasa olehnya benar, maka dirinya akan ikut serta agar dianggap benar.

4. Konsekuensi kognitif

Kebanyakan individu yang berpikir melakukan konformitas adalah konsekuensi kognitif akan keanggotaan mereka terhadap kelompok dan lingkungan di mana mereka berada.
Terdapat dua faktor yang menyebabkan seseorang berperilaku konformitas

Deutsch dan Gerrard (1955), menjelaskan bahwa terdapat dua faktor juga yang menyebabkan seseorang berperilaku konformitas, diantaranya yaitu

Related Posts

Penuh Pesona, Penampilan Jisoo Blackpink saat Kunjungi Dior Heritage

Jisoo Blackpink, Global Ambassador Dior, baru-baru ini mengunjungi Dior Heritage di Avenue Montaigne, Paris, Prancis. Momen tersebut ditayangkan dalam video terbaru di kanal YouTube Christian Dior. Dalam…

Uniqlo Kolaborasi dengan Ines de la Fressange Luncurkan Koleksi yang Terinspirasi dari India!

Uniqlo berkolaborasi dengan Ines de la Fressange meluncurkan koleksi musim semi/musim panas 2023 yang terinspirasi dari keindahan India. Koleksi ini menampilkan gaya effortless ala masyarakat Paris khas…

Emily Ratajkowski Memakai Bunga Raksasa sebagai Atasan di Paris Fashion Week!

Dalam hal fashion, supermodel Emily Ratajkowski mau melakukan apa saja, termasuk bunga. Bunga yang dia kenakan kali ini bikanlah hiasan, melainkan sebagai pengganti atasan. Model berusia 31…

Musikus Pharrell Williams Gantikan Virgil Abloh sebagai Direktur Kreatif Louis Vuitton

Produser musik dan desainer Pharrell Williams menjabat sebagai direktur kreatif lini pakaian pria Louis Vuitton, menggantikan mendiang Virgil Abloh. Kabar tersebut diumumkan Louis Vuitton pada Selasa, 14…

Tips Fashion: Pakaian dan Motif untuk Orang Bertubuh Kurus dan Gemuk

Orang bertubuh kurus atau gemuk pasti pernah merasa tidak percaya diri setiap kali memilih ataupun mengenakan pakaian. Sebab, mereka merasa bahwa bentuk tubuhnya tidak ideal sesuai dengan…

Perkembangan Batik dalam Tren Mode Masa Kini!

Warisan budaya adalah sesuatu yang sangat penting bagi sebuah negara karena merupakan bagian dari identitas dan jati diri. Akan tetapi, warisan budaya sering kali terabaikan dan kurang…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *